Gender : Semua Umur
Judul : Jangan Meremehkan Hal Sekecil Apapun
Pada suatu hari, aku
bersa teman-temanku sedang melaksanakan MOS asrama. MOS asrama di laksanakan di
mana hari pertama aku masuk ke Asrama. MOS hari itu di bagi menjadi beberapa
kelompok, satu kelompok ada 6 anggota.
Pada MOS hari tu aku merasa senang karena pada hari itu
aku sedang dalam keadaan fit atau sedang semangat. Sebelum MOS di mulai kami di
suruh berbaris dahulu dengan membawa peralatan yang telah di diskusikan
sebelumnya, peralatannya adalah hasduk, kalung manis, atau mungkin yang di
maksud adalah permen yang di buat seperti kalung. Papan nama bertuliskan
identitas diri masing-masing dan yang terakhir adalah kaos kaki dari plastik.
Pada pos pertama kami di beri instruksi oleh pemandu agar
dari pertama perjalanan sampai akhir tidak boleh ada satupun benda yang jatuh
atau hilang. Setelah itu kelompokku langsung di suruh menutup mata dengan
menggunakan hasduk yang tadinya sudah di siapkan sejak awal. Setelah itu kami
langsung di suruh berputar mengelilingi lapangan, mungkin cara itu bertujuan
barang kita hilang satu persatu dan mendapat hukuman. Saat itu benda yang di
bawa oleh salah satu anggota kelompok kami jatuh, untungnya pada waktu itu
tidak diberi hukuman, tetapi orang yang kehilangan benda tersebut di suruh
untuk mencarinya.
Sebelum sampai di pos selanjutnya kami di suruh
berputar-putar terlebih dahulu mengelilingi lapangan dan juga melewati kuburan
yang di katakan angker, namun kami tidak takut karena pada waktu itu mata kami
tertutup. Setelah lama perjalanan akhirnya kami berhenti di pos selanjutnya.
Setelah kami berhenti kami langsung di suruh melepaskan penutup mata satu
persatu. Dan juga di lihat kelengkapannya satu persatu. Pada waktu itu
perlengkapanku hilang satu yaitu kaos kaki yang terbuat dari plastik. Akhirnya
aku langsung di panggil dan di beri hukuman, sebenarnya hukumannya sangat mudah
karena aku hanya di suruh mencari orang yang sedang tidur di dalam bangunan
yang belum jadi. Karena tidak hati-hati kakiku yang sebelah kanan menginjak
sebuah paku yang sudah berkarat.
Pada waktu itu aku langsung menjerit kesakitan dan
meminta bantuan kepada teman-temanku lainnya. Karena luka bekas paku tadi tidak
terlihat berdarah arkirnya banyak kakak pendamping tidak percaya kalau aku
sedang terkena paku. Akhirnya akupun meneruskan perjalanan ke pos selanjutnya
dan sampai pos terakhir dengan keadaanku yang sudah lemas karena terkena paku.
Keesokan harinya aku bisa beraktifitas seperti biasa karena aku merasa sudah
sembuh. Beberapa hari kemudian kakiku yang sebelah kanan terasa kaku, aku tidak
tahu kenapa bisa kakiku menjadi kaku, akhirnya aku bertanya kepada salah
seorang temanku yang ibunya bekerja menjadi seorang dokter. Ternyata temanku
langsung bilang bahwa itu adalah tanda-tanda orang yang terkena tetanus.
Menurut temanku,
tetanus adalah suatu yang dapat mengakibatkan kematian pada seseorang jika
tidak cepat-cepat di tangani. Mendengar ucapan itu aku langsung kebingunan
karena aku pikir hidupku masih panjang, dan saat itu juga aku langsung
bertaubat atas kesalahanku yang sudah saya perbuat. Tak berpikir panjang aku
langsung menyuruh temanku untuk mengantarkan aku pergi ke puskesmas terdekat.
Setelah sampai di puskesmas aku langsung menuju tempat pemeriksaan. Setelah di
periksa doter yang memeriksaku akhirnya bilang kepadaku kalau aku sudah terkena
infeksi, dan katanya ini sudah terlambat dalam berobat.
Dan
akhirnya aku pulang dengan di beri dokter obat penghilang nyeri, karena jika di
obati dengan ATS sudah terlambat, dan biayanyapun mahal, karena pada waktu itu
aku hanya bawa membawa uang sebesar 50.000 rupiah, sedangkan obat untuk itu
seharga 200.000 rupiah. Ternyata setelah beberapa hari pengobatan tidak ada
efek apapun, malah kaku yang aku rasakan semakin menyebar ke kaki yang
sebelahnya. Saat itu aku semakin panik dan bingung dengan keadaanku yang
merasakan kaku pada kedua kaki. Sejak saat itu akhirnya akupun menyerah dan
menelofon orang tuaku yang berada di rumah, untuk mgantarkan aku ke dokter,
karena jika tidak ada orang tua maka biayanya mahal dan uangku akan kurang jika
aku pergi ke dokter. Namun takdir berkata lain, karena waktu itu adalah hari
minggu dan semua dokter pada waktu itu cukup. Akhirnya akupun pergi ke RSUD dan
hanya rumah sakit daerah itu saja yang buka, maka aku langsung mencoba untuk
berobat ke tempat tersebut. Setelah sampai di rumah sakit aku bilang semua
keluhanku ke dokter dan dokterpun bilang ini sudah terlambat karena
penanganannya harus paling lambat 2 X 24 jam, sedangkan aku saat itu sudah
lebih dari waktu tersebut. Di tengah-tengah keputusasaan tersebut dokter RSUD
itu bertanya kepadaku “ Apakah waktu dulu mungkin 1 tahun yang lalu sudah
pernah ada sosialisasi suntik ATS..?? ”, akupung menjawab sudah karena aku baru
11 bulan yang lalu melakukan vaksin ATS. Akhirnya dokter itupun memberitahu
kepada saya, kalau masih ada harapan hidup jika sudah pernah di suntik dengan
vaksin ATS tersebut, karena akan lebih kebal dengan virus tersebut.
Mendengar perkataan tersebut, akupun sangat lega dan
senang. Akhirnya sayapun menyuruh dokter tersebut mencoba dulu dengan
menyuntikkan ATS tersebut. Selanjutnya setelah di suntik dengan STS akhirnya
sayapun hanya berserah diri kepada Allah SWT, dan memohon ampun kepada Allah
atas semua kesalahan yang telah kulakukan selama ini. Setelah beberapa hari
kondisiku semakin membaik dan pulih, namun memang sedikit sedikit sembuhnya
tidak dalam waktu sekejab, namun dengan kesabaran yang aku lakukan akhirnya
sekarang aku sembuh total. Setelah sembuh akupun langsung bersyukur kepada
Allah SWT. Dari pengalamanku tadi saya dapat mengambil kesimpulan bahwa jangan
meremehkan hal sekecil apapun, karena jika hal kecil dilalukan maka akan timbul
menjadi besar.